Oleh : Aufi Imaduddin
Dalam sebuah hadits yang berbunyi : “Sesungguhnya yang halal itu
jelas adanya dan yang harampun jelas, Sedangkan diantara keduanya terdapat
perkara-perkara yang syubhat (meragukan) yang tidak diketahui oleh kebanyakan
orang. Siapa-siapa yang menghindari perkara-perkara syubhat berarti ia membebaskan
diri demi agamanya dan kehormatannya. Dan siapa-siapa yang terjerumus kepada
yang syubhat berarti ia terjerumus kepada yang haram. Bagaikan seorang
penggembala yang bergembala dalam perbatasan tempat yang dilarang dan ia hampir
melanggarnya, ketahuilah bahwa setiap milik itu ada batasannya, dan ketahuilah
bahwa batasan Allah ialah perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa
di dalam jasad itu terdapat segumpal daging yang jika ia baik maka baiklah
seluruh tubuh, tetapi jika ia rusak maka rusaklah keadaan seluruh tubuh,
Ketahuilah dia itu adalah hati....” (HR. Muslim)
Ulama’ memandang hadits ini sebagai salah satu diantara empat indik
hadits yang menjadi titik tolak seluruh ajaran agama. Tiga lainnya adalah : “
Seluruh amal perbuatan itu tergantung pada niat”, “ Bersikap zuhudlah kepada
dunia, niscaya engkau akan dicintai Allah“ dan hadits “Diantara
tanda-tanda baiknya ke-Islaman seseorang adalah jika ia meninggalkan apa-apa
yang tidak berguna”.
Sedangkan maksud hadits di atas ialah bahwa setiap muslim wajib
menerima yang halal, yaitu apa-apa yang dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya
dan yang dihalalkan oleh Rasulullah dengan ajaran-ajarannya. Begitu juga ia
wajib menjauhi yang haram, yakni apa-apa yang diharamkan oleh Allah dalam
kitab-Nya dan yang diharamkan oleh Rasulullah dalam ajaran-ajarannya. Dan
seperti yang telah dijelaskan kepada kita oleh Rasulullah bahwa perkara-perkara
yang halal itu jelas. Yang haram itu pun jelas. Sedangkan perkara-perkara yang
syubhat itu tidak diketahui oleh kebanyakan orang, namun bila dihindari berarti
ia meninggalkanya demi agamanya dan kehormatannya.
Seorang aktivis islam yang mendapatkan taufiq ialah yang
menghindari perkara-perkara syubhat itu, meskipun hal itu kecil. Hal itu karena
dua alasan :
1.
Agar ia menjadi orang yang bertaqwa, sesuai sabda Rasulullah SAW :
لا يبلغ العبد أن
يكون من المتّقين حتّي يدع مالا بأس به حذرا مّما به بأس
(الترمذي و إبن ماجه )
“ Sesungguhnya hamba Allah tidak akan mencapai derajat
orang-orang yang bertaqwa, sehingga ia meninggalkan sesuatu yang tidak mengapa
diperbuat karena waspada agar tidak terjerumus kepada yang berdosa”. (HR, Attirmidzi dan Ibnu Majah)
2.
Karena ia adalah panutan masyarakat. Contoh dalam pribadi Umar RA. apabila kaum muslimin diperintahkan
mengerjakan sesuatu, beliau mendatangi keluarganya untuk memperingatkan agar
jangan sampai salah dalam mengerjakannya, karena setiap muslim melihat kepada
keluarga beliau.
Maka itu, para aktivis islam yang
berjuang untuk menyeru orang lain hendaknya merasa bertanggung jawab seperti
ini, sehingga ia mengawasi dirinya dengan baik sebab orang-orang yang
didakwahinnya pun mengawasinya.
Diantara perkara-perkara yang syubhat yang perlu di hindari ialah :
1. Merokok, sebab sebagian ulama’ memandangnya boleh dan yang lainnya
memenadangnya haram. Maka bagaimanapun juga ia dapat digolongkan kepada perkar
yang syubhat yang tidak pantas dilakukan oleh aktivis islam.
2. Mengunjungi tempat-tempat hiburan dan bioskop. Ia termasuk perkara
syubhat yang seyogyanya dijauhi.
3. Berlebih-lebihan dalam bermain bola atau permainan lain, sebab waktu
yang dipergunakan itu adalah bagian dari hidupnya, dan tidak boleh
disia-siakan.
4. Pergaulan yang rusak yang dapat merusak nama baik dan mempengaruhi
seseorang.
5. Makanan yang diragukan, baik dalam proses produksi maupun
penghidangannya.
Dan perkara-perkara yang lainnya yang dapat dikenali oleh seorang
aktivis islam yang bertaqwa baik debgan perasaannya yang jujur dan hatinya yang
jernih. Dalam hal ini Rasulullah SAW sebagai pendidik pertama mengajarkan
kepada kita dengan sabdanya:
دع ما يريبك إلى ما لا يريبك
“ Tinggalkan apa yang
meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu “
Maka dalam keadaan ini seorang aktivius islam akan menghindari dirinya
untuk menjadi sasasrn ghibah dan mensucikan dirinya demi agama dan
kehormatannya, sehingga ia pun tetap memiliki reputasi yang bersih sebagai
pribadi yang baik untuk diikuti. Pembicaraan ini tidak ditujukan kepada orang
yang sangat memberatkan bagi dirinya sendiri sampai-sampai mereka meninggalkan
perkara-perkara halal, lalu mengangap hal itu sebagai sikap zuhud. Padahal
sikap zuhud yang hakiki itu adalah dengan mengikuti ajaran Allah secara pas
tidak lebih dan tidak kurang.
Allah SWT berfirman dalam surat Al Maidah 87 :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä w (#qãBÌhptéB ÏM»t6ÍhsÛ !$tB ¨@ymr& ª!$# öNä3s9 wur (#ÿrßtG÷ès? 4 cÎ) ©!$# w =Ïtä tûïÏtF÷èßJø9$# ÇÑÐÈ
“ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik
yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampui batas.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai parang-orang yang melampui batas”.
Sedang yang dimaksud dalam ungkapan hadits “siapa-siapa yang jatuh dalam
perkara syubhat maka jatuhlah ia kedalam yang haram”, yakni siapa-siapa yang
meremehkan perkara mandub berarti sama dengan meninggalkan yang wajib, dan
siapa yang menganggap enteng mengerjjakan perkara yang makruh berarti sama
dengan mengerjakan yang haram. Siapa yang terus menerus melakukan perkara yang
syubhat berarti ia telah terjerumus kepada yang haram. Rasulullah SAW
mencontohkan orang yang demikian itu dengan suatu perumpamaan yang dijadikan
sebagai penjelasannya, yaitu dengan seorang penggembala yang tengah bergembala
disekitar area yang dilarang oleh pemiliknya, atau yang dekat dengannya, yang
hampir saja binatang gembalaannya itu
memakan dari tanaman di daerah larangan tersebut.
Dalam konteks ini pula, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa hati itu adalah
segumpal daging yang mempengaruhi baik-buruknya kondisi badan, sebab hati itu
adalah pengontrol anggota badan, sehingga apabila hati itu baik karena
kecintaan dan rasa takut kepada Allah, baik pula karenanya gerakan-gerakan
seluruh anggota badan itu, lalu segala yang haram pun dijauhinya, dan segala
yang syubhat juga dihindarinya. Rasulullah SAW pernah berdo’a sebagai berikut :
أللّهمّ إنّي أسألك قلبا سليما
“ Yaa Allah aku mohon kepada-Mu agar
dianugerahi hati yang selamat”.
لا يستقيم إيمان عبد حتّى يستقيم قلبه ( رواه أحمد )
“ Tidak akan lurus
iman seseorang itu sehingga hatinya lurus “ (HR. Ahmad )
Hati
itu akan menjadi baik jika terpatri di dalamnya pengetahuan yang benar tentang
Allah, keagungan-Nya, kecintaan kepada-Nya, terdapat rasa takut kepada-Nya,
kagum dengan kehebatan-Nya, digantungkan harapan kepada-Nya dan pasrah
terhadap-Nya, Inilah hakikat dari tauhid dan merupakan makna yang dikandung oleh
kesaksian bahwa tidak ada Illah selain Allah. Telah diterima riwayat dari Al
laits, dari mujahid mengenai penafsiran ayat ( ( لا تشركوا به شيأ”jangan kalian
sekutukan Allah dengan sesuatu apapun” katanya “yakni jangan mencintai selain-Ku”.
Bila hati telah rusak dan dikuasai oleh
hawa nafsu dan kecintaan kepada syahwat, maka aktivitas anggota badan akan
rusak, melakukan larangan-larangan dan terjerumus kepada perkara-perkara
syubhat. Semoga Allah melindungi kita.
Sesuatu yang paling baik dan berguna untuk
memperbaiki hati adalah ilmu yang membawa kepada pengetahuan tentang Allah SWT
dengan sifat-sifat-Nya, tentang pengawasan Allah yang terjadi pada setiap
situasi dan kondisi, ilmu yang menimbulkan rasa takut serta menggantungkan
pengharapan kepada-Nya , mendorong untuk mencintai apa yang ada di sisi-Nya,
takut kepada siksaan yang hendak dijatuhkan-Nya serta membuat bergantung
kepada-Nya dalam segala kepentingan. Sedangkan perkarta terbesar yang merusak
hati adalah kebodohan yang menjerumuskan kepada keyakinan yang rusak dan
kelancangan kepada Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya dan melakukan
kemaksiatan-kemaksiatan, seperti sikap mengagumi diri sendiri (ujub), sombong,
riya’, serta berburuk sangka kepada Allahdan kepada hamba Allah, meremehkan
nikmat-Nya serta memandang rendah perintah-perintah-Nya.
0 Response to "Menghindari Syubhat"
Post a Comment