8BmEg4v8P7uY0xxaFhXUJ46gPclAwvFkbC47Z6LN
Bookmark

Hari Pertamaku di Qatar; Episode Pencarian SIM Card


Qatar in My Heart – Sudah hampir 5 bulan aku berdomisili di Qatar. Tapi baru kali ini aku wujudkan niat lamaku yaitu menuliskan segala aktifitas/kegiatan yang aku alami disini, atau hanya sekedar pandangan tentang sesuatu yang mungkin ada manfaatnya bagi orang lain. Kalaupun belum bermanfaat bagi orang lain, setidaknya bermanfaat bagiku sebagai curahan perjalanan hidupku yang singkat ini. 

Anyway, minggu pertama di Qatar, pesonanya belum menancap tajam di hatiku. Kesanku tentang Qatar saat itu masih abstrak, bahkan mungkin sedikit abnormal. Bayangkan, pertama kali aku sampai di bandara, aku disambut dengan cuaca yang amat sangat panas yang begitu menyengat. Awalnya ku kira itu pengaruh gas pesawat. Eh…ternyata emang cuacanya panas, rejeki deh datang di musim panas. Sungguh suasana yang amat berbeda dengan di negaraku Khatulistiwa.
Di hari pertama, pagi-pagi sekitar jam 7 aku berencana membeli SIM Card. Karena aku ingin segera menghubungi keluargaku yang ada di Indonesia, ingin ku kabari bahwa aku sudah sampai di Qatar dengan selamat. Aku mencoba bertanya kepada salah seorang pengurus asrama, namanya Sa’eed. Dia menunjukanku kemana aku harus pergi kalau mau beli SIM Card, juga dia memberitahu kalau disini, beli SIM Card harus pakai Qatar ID, atau kalau belum punya pakai passport.
Aku ambil passport dan tancap gas pergi mencari penjual SIM Card. Suasana jalanan sangat sepi, jarang sekali kutemui orang. Mungkin karena masih pada liburan musim panas. Aku coba pergi sesuai petunjuk si Saeed, katanya sih di belakang asrama ada supermarket. Aku ke belakang, yang aku temui hanya sebuah hotel, mana supermarketnya? Alhamdulillah…ketemu orang juga, egyptian kalo nggak salah. Aku tanyakan ke dia dimana tempat penjual SIM Card. Dia menunjukkan arah yang berlawanan dengan yang hendak aku tuju. Aku ikuti petunjuknya. Lima menit aku berjalan, ketemu lagi dengan pekerja bangunan. Aku tanyakan ke dia tempat penjual SIM Card. Dia malah membuat aku bingung, dia jawab pakai bahasa India. Hahahaa…mungkin maksudnya “Maaf saya nggak bisa bahasa inggris…!”

Kutanyakan lagi pada orang ketiga yang aku temui. Sepertinya dia orang India juga tapi bukan pekerja bangunan, dan aku yakin dia bisa bahasa inggris. Tapi apa yang terjadi? Aku bertanya, tapi dia cuek sambil berkata “Sorry, I don know” sambil pergi.

Aku berjalan mengelilingi gedung-gedung berharap menemukan keramaian pertokoan. Akhirnya…samapi juga, dan aku temukan deretan toko-toko. Yang pertama kali aku lihat adalah Food Palace, sebuah toko swalayan, mirip-mirip indomaret lah, tapi lebih besar dan kayaknya lebih lengkap. Aku masuk dan aku tanyakan ke kasir, seorang perempuan asal Filipina. Ternyata Food Palace belum lengkap, tak ada SIM Card disana, yang ada hanya pulsa gosok. Lalu seorang pegawai -sepertinya orang Nepal- menunjukkanku dimana aku bisa membeli SIM Card. Dan akhirnya…aku temukan SIM Card yang sudah lama aku cari. Tapi betapa terkejutnya ketika aku tanya harganya, yang biasa saya beli di Indonesia Rp. 3000 sudah bisa beli Im3, plus pulsa Rp. 2000, disini harga SIM Card QR 50 (sekitar Rp. 150.000) plus pulsa didalamnya QR 25. Bagi saya yang baru di Qatar, itu ajaib. Soalnya mau tidak mau kita akan membandingkan harga di Qatar dengan Indonesia. Walaupun pada dasarnya, nilai harga tersebut sama, cuma karena Qatar negara kaya, kurs mata uang yang lumayan, jadi kebutuhan juga disesuaikan dengan mata uang.

Ternyata, di Qatar semua yang membeli SIM Card harus menggunakan Qatar ID/passport. Gunanya, untuk pendataan. Jadi nomor yang kita beli akan terdaftar atas nama kita dan terhubung ke seluruh administrasi yang menyangkut dengan kita, seperti ATM, data lalu lintas polisi, dll.

Alhamdulillah…SIM Card sudah di hape dan siap menghubungi keluarga di rumah. Insha Allah nyambung episode berikutnya. Semoga bermanfaat. Wassalam.
Posting Komentar

Posting Komentar