8BmEg4v8P7uY0xxaFhXUJ46gPclAwvFkbC47Z6LN
Bookmark

Korelasi Shalat Berjamaah dan Kepemimpinan

Apa korelasi shalat berjamaah dan kepemimpinan? Apakah ada? Kali ini kita akan sedikit berbincang tentang korelasi antara shalat berjamaah yang biasa kita -ummat Islam- kerjakan sehari-hari dengan teori kepemimpinan. Kepemimpinan ini bisa dalam lingkup yang kecil, sedang atau terbesar sekalipun.
Shalat yang diperintahkan Allah kepada hambanya tidak sekedar perintah yang tidak ada artinya. Jika kita telaah lebih mendalam, kaidah-kaidah dalam shalat berjamaah merupakan kaidah yang tepat dan sepadan dengan kepemimpinan. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini kita paparkan satu persatu:

Pertama, pemilihan seorang imam shalat. Dalam pemilihannya, syariat memerintahkan kita untuk memilih yang paling baik bacaan al-Qur’annya. Lalu yang paling paham sunnah/hadits Nabi, dan sederet syarat lainnya yang tersebut dalam hadits Nabi. Demikian pula dalam kepemimpinan, tidak sembarang orang dapat menjadi pemimpin suatu kaum. Dalam kehidupan bernegara, pemimpin tidak dipilih secara acak, tapi dengan pemilihan dan tentu tidak sembarang memilih. Yang memilih bisa orang-orang yang paling tahu mana yang terbaik di antara mereka, ada juga yang menggunakan pemilihan umum atau dipilih langsung oleh rakyatnya. Seorang pemimpin itu harus orang yang tegas, baik, jujur, adil dan diperkirakan dapat menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya.

Kedua, ketika sang imam sudah terpilih dan mulai menjalankan shalat, semua makmum wajib mengikuti gerakan shalat imam. Bahkan ketika si makmum belum tuntas menyelesaikan bacaannya, ia harus segera mengikuti gerakan si imam. Harus segera, tidak boleh mendahului dan tidak boleh tertinggal jauh. Ini juga masuk dalam kriteria kepemimpinan dalam suatu masyarakat. Karena sudah terpilih sebagai pemimpin, maka semua rakyat wajib mengikuti apa yang diperintahkan oleh pemimpinnya. Selama perintahnya tidak bertentangan dengan syariat Islam dan untuk kemashlahatan rakyatnya.

Ketiga, kita lihat ketika imam salah gerakan atau bacaan shalatnya, maka di antara makmum ada yang harus menegurnya. Biasanya makmum akan bilang “subhanallah” untuk mengingatkan imam bahwa gerakan/bacaannya salah. Dan imam harus mau ditegur dan memperbaiki kesalahan atau bacaannya yang salah. Dalam sebuah organisasi, pemimpin juga harus siap untuk dikoreksi oleh rakyatnya. Pemimpin yang baik itu digambarkan oleh akhlaknya Abu Bakar ketika menjadi pemimpin umat pada waktu itu, ia berkata :”Jika kalian melihat kebaikan padaku, maka ikutilah aku. Tapi jika kalian melihat suatu keburukan aku, maka tegurlah aku”.

Keempat, ketika tengah memimpin shalat berjamaah si imam batal wudhunya, maka ia harus mundur dari shalat. Setelah itu, dari makmum yang berada di belakang imam tersebut maju ke depan sebagai pengganti imam. Dalam kepemimpinan, jika dalam masa kepemimpinannya si pemimpin merasa tidak sanggup, maka ia harus berani mundur dan menyerahkan kepemimpinan pada orang yang lebih layak.

Demikian opini singkat tentang korelasi shalat berjamaah dengan kepemimpinan. Dari uraian singkat di atas, dapat kita ketahui bahwa shalat berjamaah mengandung suatu pelajaran dan panduan dalam berorganisasi khususnya dalam kepemimpinan. Mulai dari pemilihan pemimpin sampai pengunduran diri. Dengan memilih pemimpin yang tepat, diharapkan semua rakyat dapat hidup sejahtera, aman dan damai. Wallahu a’lam bishshawab.

————————————————————————-
Sumber gambar: unida.gontor.ac.id
Posting Komentar

Posting Komentar