8BmEg4v8P7uY0xxaFhXUJ46gPclAwvFkbC47Z6LN
Bookmark

Manusia Al-Qur’an Jalan Ketiga Religiusitas di Indonesia

Judul buku      : Manusia Al-Qur’an Jalan Ketiga Religiusitas di Indonesia

Penulis             : Abdul Munir Mulkan

Penerbit           : IMPLUSE, Kanisius, Yogyakarta

Cetakan           : ke-5, 2011

Tebal buku      : 368 halaman

 


Pengaruh globalisasi atau “internasionalisasi” sampai hari ini sangat bisa dirasakan oleh semua kalangan diberbagai segi aspek kehidupan dan keilmuan. Aspek kehidupan tak lepas dari gencaranya perkembangan bermacam teknologi canggih satu upaya untuk mempermudah segala aktivitas manusia. Mirisnya, pada tataran aspek keilmuan, banyak pengaruh-pengaruh paham Barat yang diambil secara begitu saja, walau terkesan dipaksakan. Akhirnya timbulah metode baru, dengan hasil baru tapi malah membingukan dan ambigu. Salah satu kasusnya terjadi terhadap kajian al-Qur’an. Melalui paham-paham terlahir dari rahim globalisasi, seperti humanisme, pluralisme, kajian tersebut menjadi harus sesuai dengan itu semua.

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup seorang muslim harusnya dapat menjawab semua pemasalahan ummat saat ini. Perkembangan iptek yang cukup pesat, adalah tantangan tersendiri bagi muslim semuanya untuk menjawab atau merespon sesuai dengan pedoman hidupnya itu. Yang dipermasalahkan dalam buku ini, masih banyak kelompok-kelompok bersikap acuh tak acuh bahkan anti terhadap isu-isu perubahan diatas. Al-Qur’an hanya dibiarkan “begitu saja” tidak dikaji ulang menggunakan pendekatan-pendekatan baru agar dapat berinteraksi dengan perubahan-perubahan sosial dan iptek yang ada. Bagaimana bisa keagamaan atau kesolehan bisa dilihat hanya dari ktp, dilain sisi ia merusak tatanan kebaikan dalam pandangan orang banyak. Agama dijadikan topeng dan tameng dalam berbuat, semua berteriak kebenaran hanya ada pada kelompoknya saja dan tidak pada kelompok lainnya. Sikap-sikap inilah yang pada dasarnya bertentangan dengan semangat nilai dalam al-Qur’an itu sendiri.

Buku ini ditulis oleh seorang guru besar filsafat pendidikan di UIN Yogyakarta. Didalamnya terdapat enam tema besar yang dibagi lagi menjadi judul-judul berkaitan dengan tema-tema tersebut. Semuanya berkaitan antara al-Qur’an dan nilai-nilai sosial, kajian-kajiannya diharapkan dapat memberi kesadaran akan “stagnansi” keagamaan saat ini. Tidak heran bila judul buku ini terkesan sedikit “menggelitik” para pembaca. Seperti kata-kata jalan ketiga religiositas, tafsir generasi santri, teologi harapan dan lain sebagainya.

Secara umum, buku ini seakan memberi “setitik cahaya” bagi ruang gelap yang manusia sedang hidup didalamnya. Tetapi, apabila dilihat lebih seksama terdapat unsur-unsur humanisme Barat yang secara tidak langsung menggiring para pembacanya untuk “mengamininya”. Mengajak para pembaca setuju dengan kontekstualisasi teks al-Qur’an, merubah cara pandang yang dianggap terlalu kolot dan fundamentalis.

           

Posting Komentar

Posting Komentar