8BmEg4v8P7uY0xxaFhXUJ46gPclAwvFkbC47Z6LN
Bookmark

2 Kunci dalam Pengembangan Bahasa Arab di Pesantren

KaliAkbar.com - Senin - Selasa, 6-7 Februari 2023, saya diberi kesempatan membersamai Ustadz M. Syamsul Arifin untuk sharing bersama asatidz dan ustadzat Al-Azhar Yogyakarta Boarding School. Temanya, Workshop Ilmiah dalam Mendesain Pembelajaran Bahasa Arab dan Kemahiran Santri dalam Membaca Kitab Turats.

Sejumlah 28 asatidz dan ustadzat menjadi peserta workshop singkta 2 hari ini. Di hari pertama, Ustadz Syamsul membawakan tema mendesain kurikulum pembelajaran Bahasa Arab khususnya terkait maharatul qira'ah kitab turats. 


Sedangkan saya, dapat giliran di hari kedua. Saya menyampaikan hal sederhana yaitu 2 kunci dalam pengembangan Bahasa Arab di Pesantren. Sebetulnya tidak hanya di pesantren, tapi juga di sekolah secara umum. 

2 Hal yang saya sampaikan adalah: Pertama, Strategi Pengajaran Bahasa Arab. Saya sampaikan ke mereka bahwa strategi itu seperti jurus dalam perang, atau kepiawaian dalam memasak bagi juru masak. Seberapapun matang sebuah materi yang akan diajarkan, jika dalam penyampaiannya tidak dibarengi dengan strategi pembelajaran yang menarik, maka hasilnya tidak akan maksimal. Dampaknya, murid akan ngantuk, tidak memperhatikan, atau mungkin akan merasa kesulitan dalam memahami pelajaran tersebut. Sebaliknya, betapapun sulit suatu materi, jika disampaikan dengan strategi pembalajaran yang tepat, maka murid akan merasa nyaman, asyik, tidak bosan dan yang terpenting adalah mereka akan mudah memahami pelajaran.

Saya berikan contoh mereka strategi-strategi pembelajaran yang mungkin bisa digunakan. Bagaiaman strategi dalam penjelasan materi pelajaran, juga strategi bagaimana cara evaluasi yang tidak menjadikan mereka takut ataupun bosan. Sesekali diadakan permainan untuk menghilangkan rasa kantuk di tengah pembelajaran, dan lain sebagainya. 

Tentu kita masih ingat slogan masyhur di Gontor "Ath-Thoriqotu ahammu minal maaddah, wal mudarris ahammu minaththoriqoh, wa ruuhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi". Artinya, metode itu lebih penting daripada materi (pembelajaran), tapi guru itu lebih penting lagi daripada metode, dan tentunya ruhnya guru itu jauh lebih penting daripada guru itu sendiri.


Hal kedua yang saya sampaikan adalah Pentingnya Lingkungan Berbahasa Arab. Ingat, belajar bahasa (apapun) itu, harus dengan praktek, bukan sekedar pembelajaran di kelas. Artinya, santri atau murid tida cukup belajar bahasa di kelas saja, namun setelah itu mereka meninggalkannya. Di kelas bersusah payah sang guru mengajarkan Bahasa Arab, tapi di asrama santri dibebaskan bicara selain Bahasa Arab. Hasilnya, kurang maksimal. Ta'lim al-lughah bilmumarasah laa bilmudarasah. 

Untuk itu, hendaknya ada lingkungan bahasa yang kita ciptakan sendiri. Jika melihat di Gontor, ada banyak sekali kegiatan santri yang mendukung terciptanya lingkungan berbahasa. Ada pengumuman berbahasa Arab dan Inggris, kewajiban berbahasa resmi sehari-hari, kosa-kata arab dan inggris tertempel hampir di setiap sudut pesantren, pembelajaran materi dirasah islamiyyah dengan bahasa arab, lomba pidato, lomba drama, lomba majalah dinding, menulis insya mingguan, dan lain sebagainya semuanya berbahasa Arab dan Inggris. Ini semua diciptakan untuk mendukung Bahasa Arab santri. 


Alhamdulillah, acara berjalan dengan baik dan lancar. Asatidz Al-Azhar Yogyakarta Boarding School sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti workshop. 

Saya belajar bahwa tantangan dan masalah suatu lembaga tidak bisa disamakan dan tentu penyelesaiannya juga harus berbeda. Dari sini, kami dari UNIDA Gontor juga banyak belajar dari Al-Azhar Yogyakarta Boarding School. Kita akan terus bersinergi dalam penyebaran dan pengembangan Bahasa Al-Qur'an ini. Biidznillah...

Posting Komentar

Posting Komentar