8BmEg4v8P7uY0xxaFhXUJ46gPclAwvFkbC47Z6LN
Bookmark

Filsafat Bahasa: Pengertian, Metode dan Ruang Lingkup

Apa pengertian dari filsafat bahasa? Bagaimana metodenya dan apa saja ruang lingkupnya? Artikel ilmiah ini akan membahasnya secara lengkap dan jelas.

Pengertian Filsafat Bahasa

Filsafat Bahasa adalah ilmu yang menggabungkan antara ilmu bahasa (linguistik) dan filsafat. Ia merupakan ilmu yang mendalami kodrat dan kedudukan bahasa sebagai aktifitas manusia juga dasar-dasar konseptual dan teoritis ilmu bahasa tersebut. Selain itu, filsafat bahasa juga dapat didefiniskan sebagai usaha para filsuf dalam memahami keilmuan yang memiliki sifat konseptual melalui pemahaman terhadap bahasa.

Metode Filsafat Bahasa

Setidaknya ada 5 metode yang dapat digunakan dalam mempelajari Filsafat Bahasa, yaitu:

  1. Metode historis atau disebut juga sebagai metode sejarah yaitu metode pengkajian filsafat yang berasaskan pada prinsip-prinsip metode historiography yang meliputi empat tahapan: heuristic, kritik, interpretasi, dan historiography. Heuristic yaitu penentuan sumber kajian. Interpretasi artinya melakukan interpretasi terhadap isi sumber kajian atau pemikiran seorang ahli filsafat mengenai pemikirannya disekitar bahasa. Sedangkan historiography adalah tahapan penulisan dalam bentuk rangkaian cerita sejarah.  Dalam konteks ini adalah cerita sejarah filsafat bahasa.
  2. Metode sistematis adalah metode pembahasan filsafat bahasa yang didasarkan pada pendekatan material (isi pemikiran). Melalui metode ini, seseorang bisa mempelajari filsafat bahasa mulai dari aspek ontology filsafat bahasa, kemudian dilanjutkan pada aspek epistemology, dan akhirnya sampai pada pembahasan mengenai aspek aksiologi filsafat bahasa. Selain itu melalui metode sistematis ini, seseorang juga bisa  mempelajari filsafat bahasa mulai dari salah satu aliran tertentu dan selanjutnya mempelajari aliran lainnya. Misalnya, mempelajari aliran bahasa (analitik), kemudian mempelajari aliran lainnya, seperti positifisme logis, strukturalisme, post strukturalisme dan postmodernisme.
  3. Metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Biasanya digunakan oleh mahasiswa tingkat pasca sarjana.  Bagi yang menggunakan metode ini haruslah sudah memiliki pengetahuan filsafat. Mengkritik boleh jadi dengan menentang suatu pemikiran atau bisa juga mendukung suatu pemikiran. Metode semacam ini telah dilakukan oleh George Moore ketika mengkritisi filsafat hegalianisme (neo idealisme) di Inggris dengan cara mengkritisi pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para filsuf hegalianisme. Selanjutnya diteruskan oleh para peletak dasar aliran analisa bahasa, seperti B. Russel dan Wittgestein.
  4. Metode analisis abstrak yaitu dengan cara melakukan kegiatan urai setiap fenomena kebahasaan dengan cara memilah-milah. Selanjutnya dilakukan generalisir secara abstrak sesuai dengan kaidah berfikir logis. Analisis dilakukan dengan cara memadukan analisis logis deduksi dengan analisis induksi sebagaimana yang telah dilakukan B. Russel.
  5. Metode intuitif yaitu dengan melakukan introspeksi intuitif dan dengan memakai symbol-simbol. Metode ini telah lama dipraktikkan oleh para ahli tasawuf (Islam) dan mengungkap hakikat kebahasaan secara kasyaf.  Di dunia barat, tokoh yang telah mempraktikkan metode ini adalah Henry Bergson.

Fokus Filsafat Bahasa

  1. Metafisika. Metafisika ialah bagian filsafat yang berusaha memformulasikan fakta yang paling umum dan paling luas, termasuk penyebutan kategori-kategori yang paling pokok atas pengelompokan hal dan benda dan gambaran saling hubungan mereka. Metafisika berupaya untuk memformulasikan segala sesuatu yang bersifat fundamental dan mendasar dari segala sesuatu dan hal ini dilakukan oleh para filsuf dengan membuat eksplisit hakikat segala sesuatu tersebut. Karena metafisika pada dasarnya adalah cabang filsafat yang membahas secara sistematis dan reflektif dalam mencari hakikat segala sesuatu yang ada di balik hal-hal yang bersifat fisik dan bersifat partikular. Para filsuf seperti Plato hingga Aristoteles mencoba memahami bahasa, misalnya dalam bukunya Republik Plato berkata, “Manakah sejumlah orang menyebut kata yang sama, kita berasumsi bahwa mereka itu juga memikirkan ide yang sama”. Jadi kalau orang-orang menggunakan kata yang sama seperti rumah dan pohon, maka Plato beranggapan bahwa di dalam masyarakat memang ada kesatuan ide seperti rumah dan pohon itu.
  2. Logika. Logika ialah studi tentang inference (kesimpulan-kesimpulan). Logika berusaha menciptakan suatu kriteria guna memisahkan inferensi yang sahih dari yang tidak sahih. Karena penalaran itu terjadi dengan bahasa, maka analisis inferensi itu tergantung kepada analisis statement-statement yang berbentuk premis dan konklusi. Studi tentang logika membukakan kenyataan bahwa sahih dan tidaknya informasi itu tergantung kepada wujud statement yang mengandung premis dan konklusi. Adapun yang dimaksud dengan wujud ialah jenis istilah yang terkandung di dalam statement dan juga cara bagaimana istilah itu disusun menjadi statement.
  3. Epistimologi. Epistimologi adalah  cabang filsafat yang membahas tentang pengetahuan manusia yang meliputi sumber-sumber, watak dan kebenaran pengetahuan manusia. Hubungannya dengan bahasa adalah bahasa digunakan dalam mengungkapkan pengetahuan manusia dengan formulasi bahasa yang dipakai yaitu pengetahuan apriori dan aposteriori, serta masalah kebenaran pengetahuan manusia. Epistemologi juga disebut dengan teori ilmu pengetahuan yang menaruh perhatian kepada bahasa dalam beberapa aspek, terutama dalam masalah pengetahuan prioritas, yakni pengetahuan yang dianggap sudah diketahui tanpa didasarkan pada pengalaman yang sudah dialami secara nyata.

Ruang Lingkup Filsafat Bahasa

Filsafat Bahasa merupakan cabang filsafat khusus yang memiliki objek materi bahasa. Filsafat bahasa telah dikenal dan berkembang pada abad ke-20 ketika para filsuf mulai sadar bahwa terdapat banyak masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat baru yang dapat dijelaskan melalui analisis bahasa. Berbeda dengan cabang-cabang filsafat lainnya, filsafat bahasa termasuk bidang yang kompleks dan sulit ditentukan ruang lingkup pengertiannya. Namun demikian, bukanlah berarti filsafat bahasa itu merupakan bidang filsafat yang tidak jelas objek pembahasannya melainkan para filsuf bahasa memiliki aksentuasi yang beraneka ragam sehingga penekanannya juga beraneka ragam juga. Walaupun bidang filsafat bahasa baru dikenal dan dikembangkan pada abad ke-20, namun berdasarkan fakta sejarah hubungan filsafat dengan bahasa telah berlangsung lama bahkan sejak zaman yunani.

Filsafat bahasa dalam perkembangannya tidak mempunyai prinsip-prinsip yang jelas dan didefinisikan dengan baik. Hal ini disebabkan karena penganut-penganut filsafat bahasa atau tokoh-tokoh filsafat bahasa masing-masing mempunyai perhatian dan caranya sendiri-sendiri, meskipun ada persamaan yaitu memberi perhatian kepada filsafat bahasa.  Dalam sejarah perkembangannya para filsuf bahasa menunjukan perhatian berbeda dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan masalah filosofis pada zamannya masing-masing.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka pembahasan filsafat bahasa meliputi :

  • Salah satu tugas utama filsafat adalah analisis  konsep-konsep (conseptual analysis). Oleh karena itu, salah satu tugas bidang filsafat bahasa adalah untuk memberikan analisis yang kuat tentang konsep-konsep dasar dan hal ini dilakukan melalui analisis bahasa.
  • Penggunaan dan fungsi bahasa yaitu pembahasan tentang bahasa dalam hubungannya dengan penggunaan bagi tindakan manusia.
  • Berkenaan dengan teori makna dan dimensi-dimensi makna. Pembahasan tentang lingkup filsafat bahasa memiliki keterkaitan erat dengan linguistik yaitu bidang semantik.
  • Hakikat bahasa sebagai objek materi filsafat, bahkan lingkup pembahasan ini telah lama ditekuni oleh para filsuf.

Sumber: Kompasiana

Posting Komentar

Posting Komentar